Biografi Sultan Bima

  • 1. Sultan Abdu Kahir I Bergelar Ruma Ma Bata Wadu (1640)

    Lahir di Bima pada tahun 1020 H (+tahun 1601 M) putra pertama dari Mantau Asi Sawo. Nama ibunya tidak dijelaskan dalam silsilah raja-raja Bima yang tertulis pada naskah BO (Naskah Kuno Bima). Sultan Abdul Kahir mempunyai dua saudara laki-laki, yaitu Mandundu Wenggu dan Mantau Dana Rabadompu. Sebelum memeluk agama islam pada tahun 1621, bernama ” Laka’i”, Pada tahun 1623, hijrah ke Makassar dan tinggal di lingkungan istana makassar selama 19 tahun. Kemudian menikah dengan adik dari permaisuri Sultan Alauddin Makassar yang bernama ” Daeng Sikontu “. Dari pernikahan itu, memperoleh empat orang putra, masing-masing bernama Abdul Khair Sirajuddin, Ruma Parewa,...

    Ilustrasi sultan 1 - Pemandangan pedesaan menampilkan rumah beratap alang-alang bergaya tradisional — koleksi Museum Samparaja.
    Baca Selengkapnya
  • 2. Sultan Abdul Khair Sirajuddin Bergelar Mantau Uma Jati (Sultan Bima II, 1640-1648)

    Sultan Abdul Khair Sirajuddin adalah putera Sultan Abdul Kahir I dengan permaisurinya Daeng Sikontu, adik permaisuri Sultan Alauddin Makassar. Lahir di lingkungan istana Makassar pada bulan ramadhan 1038 H (April 1627 M). Sesuai dengan adat istiadat Makassar, sewaktu masih kecil memperoleh “Areng Dondo-Dondo’ (nama topeng)” I Ambella” (putra kecil). Setelah agak besar memperoleh nama “Areng Ri Kale” (nama diri atau nama sebenarnya) Abdul Khair Sirajuddin. Didalam silsilah raja-raja Bima yang tertera dalam BO (Naskah lama Bima), namanya adalah “Abil Khair Sirajuddin” dan pada bagian lain dari sumber yang sama ditulis “Abdul Khair Sirajuddin”.

    Pada tanggal 22 Rajab 1056 H atau...

    Samparaja: Lukisan kerumunan menyaksikan upacara kerajaan di panggung bertenda, dengan musisi dan pejabat berpakaian tradisional; koleksi Museum Samparaja.
    Baca Selengkapnya
  • 3. Sultan Nuruddin (Sultan Bima III, 1682-1687)

    Nuruddin adalah putera Sultan Khair Sirajuddin dengan permaisurinya Bonto Je’ne puteri Sultan Malikul Said Makassar. Lahir pada tanggal 29 Zulhijah 1061 H bertepatan dengan tanggal 15 Desember 1651. Nama lengkapnya adalah “Nuruddin Abubakar Ali Syah” dan oleh orang Makassar diberi nama “Mapparabung Daeng Matali Karaeng Panaragang”. Pada tanggal 22 Jumadil Awal 1095 H atau tanggal 7 Mei 1684, menikah dengan “Daeng Tamemang puteri Raja Tallo. Dari pernikahannya memperoleh dua orang putera, masing-masing bernama Jamaluddin dan Sangaji Bolo (nama gelar).

    Ketika usia kanak-kanak, Nuruddin lebih banyak berada di lingkungan istana Makassar, mengikuti ayahnya yang menjadi wakil panglima Perang Makassar dalam melawan...

    Ilustrasi sultan 3
    Baca Selengkapnya
  • 4. Sultan Jamaluddin Bergelar Ruma Ma Wa’a Romo (Sultan Bima IV 1687-1696)

    Sultan Jamaluddin nama lengkapnya “Jamaluddin Inayat Syah” Putra sulung dari Sultan Nuruddin dengan permaisurinya Daeng Tamemang putri Raja Tallo. Oleh orang Makassar diberi nama “Alasa Jamluddin”. Mempunyai saudra laki-laki yang setelah wafat diberi gelar “Sangaji Bolo (tidak dijelaskan nama aslinya). Kapan Sultan Jamaluddin dilahirkan, belum bisa dijawab secara jelas. Ada yang mengatakan lahir pada tahun 1673 M (drs. M. Hilir Ismail, 1988). Data tersebut bersumber dari “Bo tercecer” Transkripsi L. Massier Abdullah. Kalau disimak secara teliti, data itu masih perlu dikaji ulang. Karena menurut “Lontarak bilang Raja Gowa dan Tallo” dan naskah Bo, ayah sultan Jamaluddin (Sultan Nuruddin) baru menikah...

    Ilustrasi sultan 4
    Baca Selengkapnya
  • 5. Sultan Hasanuddin Bergelar Ruma Ma Wa’a Bou (Sultan Bima V, 1696-1731)

    Putera Sulung dari Sultan Jamaluddin dengan permaisuri Karaeng Tana-Tana, putri Karaeng Bisei putera sultan Hasanuddin Makassar. Karena itu Sultan Jamaluddin memberi nama puteranya dengan Hasanuddin, mengikuti nama kakeknya yang dikenal anti penjajah. Oleh orang Makassar diberi nama ” I Mapattali”,. Lahir pada tanggal 22 Zulkaidah 1100 H (7 September 1689).

    Dalam usia 25 tahun melangsungkan pernikahan dengan Karaeng Bissampole, bertepatan dengan tanggal 3 Ramadhan 1126 H (13 September 1714 M). Memperoleh tiga orang putera dan seorang putri. Yang putera masing-masing bernama Alauddin (Sultan Bima VI), yang kedua bernama Abdullah, yang gugur di medan pertempuran ketika memimpin laskarnya untuk membantu Raja...

    Ilustrasi sultan 5
    Baca Selengkapnya
  • 6. Sultan Alauddin Bergelar Manuru Daha (Sultan Bima VI, 1731 – 1742 M)

    Lahir pada tahun 1121 H atau tahun 1707 M. putra pertama dari Sultan Hasanuddin dengan permaisurinya Karaeng Bissampole. Nama lengkapnya Alauddin Muhammad Syah. Pada tanggal 17 Sya’ban 1140 H bersamaan dengan tanggal 5 April 1727 M menikah dengan Karaeng Tana Sanga Mamuncaragi, puteri Sultan Makassar Sirajuddin. Dari pernikahan itu dikaruniai empat orang anak, terdiri dari seorang putra bernama Abdul Kadim (Sultan Bima VII), dan tiga putri masing-masing bernama Kumala Bumi Partiga (Kumala nama diri, Bumi Partiga nama Jabatannya), Bumi Runggu (nama jabatannya) dan Siti Halimah.

    Pada tanggal 2 Zulhijah 1145 H bertepatan dengan tanggal 9 Mei 1731, di tuha ro...

    Ilustrasi sultan 6
    Baca Selengkapnya
  • 7. Sultan Abdul Kadim Bergelar Ruma Ma Wa’a Taho (Sultan Bima VII 1742-1773)

    Putra dari Sultan Alauddin, lahir di Bima pada tanggal 18 Muharam 1149 H (tahun 1729 M). mempunyai tiga saudara perempuan, masing-masing bernama Kumala Bumi Partiga, Bumi Runggu dan Siti Halimah. Setelah menikah dianugerahi empat orang anak, yaitu Abdul Hamid, Daeng Mataya, Daeng Pabeta (La Mangga) dan Ina Madu Rato Wa’i (perempuan).

    Seperti layaknya seorang putera Sultan pada jamannya, sejak anak-anak Abdul Kadim sudah mendapat bimbingan dan pendidikan dari para ulama dan pejabat Istana. Sebagai putera yang kelak akan menggantikan posisi ayahnya menjadi Sultan, sejak dini harus menekuni ilmu agama, politik pemerintahan, perdagangan dan keamanan.

    Sebelum ayahnya mangkat, sudah dilantik menjadi...

    Ilustrasi sultan 6
    Baca Selengkapnya
  • 8. Kumala Bumi Partiga (Sultanah Bima VIII, 1747-1751)

    Nama diri atau nama sebenarnya adalah “Kumala”, tetapi karena memegang jabatan sebagai “Bumi Partiga” maka populer dengan panggilan “Kumala Bumi Partiga” putri dari Sultan Alauddin dengan permaisurinya Karaeng Tana Sanga Mamuncaragi puteri dari Sirajuddin Sultan Makassar. Salah seorang adik laki-lakinya adalah Abdul Kadim (Sultan Bima VII). Di kalangan orang Makassar, dikenal dengan nama “Karaeng Ballasari”.

    Setelah dewasa menikah dengan L Mappababbasa alias Abdul Kudus Sultan Makassar. Dari pernikahannya itu, melahirkan seorang putera bernama “Usman” yang nama Makassarnya dikenal dengan “Amas Madina”. Dalam usia enam tahun tepatnya tanggal 21 Desember 1753 diangkat menjadi Sultan Makassar oleh Dewan Bate Salapanga (Lembaga Pemerintahan...

    Ilustrasi sultan 8
    Baca Selengkapnya
  • 9. Sultan Abdul Hamid Bergelar Mantau Asi Saninu (Sultan Bima IX, 1773-1819)

    Abdul Hamid Putra dari Sultan Abdul Kadim, memiliki dua saudara laki-laki, yaitu Daeng Pabeta (La Mangga) dan daeng Pataya. Lahir di Bima pada tahun 1176 H (lebih kurang tahun 1762 M). Setelah dewasa dijodohkan dengan Datu Sagiri Putri Sultan Sumbawa. Dari pernikahannya itu dikaruniai seorang putra bernama Ismail dan seorang putri bernama Siti Jamila Bumi Kaka. Latar belakang pendidikan dan pekerjaan Sultan Abdul Hamid sama dengan para pendahulunya. Mulai usia dini sudah memperoleh pendidikan agama ilmu pemerintahan dari para ulama dan pejabat istana. Bidang ekonomi (perdagangan), budaya dan pertahanan harus pula ditekuni.

    Sebelum memegang Jabatan Sultan, oleh Majelis Hadat dilantik...

    Ilustrasi sultan 9
    Baca Selengkapnya
  • 10. Sultan Ismail Bergelar Ruma Ma Wa’a Alu (Sultan Bima X, 1819-1854)

    Ismail adalah putera tunggal dari Sultan Abdul Hamid, mempunyai saudara perempuan bernama Jamila Bumi Kaka. Lahir di Bima pada tanggal 1 Zulhijah 1211 H (lebih kurang tahun 1795 M). Ia menikah dengan puteri Muhammad Anwar (Ma Wa’a Kali), memperoleh seorang putera bernama Abdullah. Dengan permaisuri lain dianugerahi seorang puteri bernama Siti Aisyah Umi Salama.

    Pada usia dini Ismail sudah menekuni ilmu agama, politik, pemerintahan, sosial budaya, ekonomi dan pertanahan dari para ulama dan pejabat istana. Dari semua ilmu yang dipelajari, ilmu agama dan politik pemerintahanlah yang paling disenangi. Sejak kecil sudah menunjukan sikap terpuji, sopan san berbudi pekerti mulia. Dia...

    Ilustrasi sultan 10
    Baca Selengkapnya
  • 11. Sultan Abdullah Bergelar Ruma Ma Wa’a Adil (Sultan Bima XI, 1854 – 1868)

    Abdullah putera Sultan Ismail, dilahirkan di Bima pada tahun 1274 H (Tahun 1827 M), ketika ayahnya mendapat ancaman dan tekanan dari Belanda. Memiliki saudara perempuan bernama Aisyah Umi Salama. Abdullah menikah dengan Siti Saleha, puteri Lalu Cella Tureli Belo, dikaruniai dua putra masing-masing bernama Abdul Azis dan Ibrahim. Memperoleh pendidikan di lingkungan Istana di bawah bimbingan para ulama dan pejabat istana. Sudah menjadi tradisi bahwa setiap putra – putri Sultan pada usia dini harus mempelajari ilmu agama. Bagi para Sultan terutama yang berstatus Jena Teke seperti Abdullah harus memperdalam ilmu politik, pemerintahan,ekonomi terutma perdagangan, kebudayaan dan pertahanan keamanan. Tujuan pendidikan...

    Ilustrasi sultan 11
    Baca Selengkapnya
  • 12. Sultan Abdul Azis Bergelar Ma Wa’a Sampela (Sultan Bima XII, 1868-1881)

    Abdul Azis putra sulung Sultan Abdullah, lahir di Bima pada tahun 1860 di saat Bima sedang mendapat tekanan dan paksaan untuk menerima isi perjanjian yang sangat merugikan dari pihak penjajah Belanda. Abdul Azis mempunyai seorang adik yang bernama Ibrahim. Dua saudaranya putra Sultan Abdullah ini, kelak akan menerima amanah dari rakyat, untuk menjalankan roda pemerintahan Kesultanan Bima. Abdul Azis selama hayatnya tidak pernah menikah, karena itu dalam menjalankan tugasnya ia tidak pernah didampingi oleh seorang permaisuri seperti lajimnya seorang Sultan. Berhubung tidak mempunyai putra, maka setelah mangkat jabatan Sultan diamanahkan kepada adiknya Ibrahim.

    Sebelum dilantik menjadi Sultan Bima menggantikan kedudukan...

    Ilustrasi sultan 12
    Baca Selengkapnya
  • 13. Sultan Ibrahim Bergelar Ma Wa’a Taho Parange (Sultan Bima XIII, 1881-1915)

    Ibrahim dilahirkan di Bima pada 3 Syawal 1282 H (tahun 1862 M), adik dari Sultan Abdul Azis Ibnu Sultan Abdullah. Setelah dewasa menikah dengan Siti Fatimah puteri Lalu Yusuf Ruma Tua Sakuru. Sesudah permaisurunya wafat, ia menikah lagi dengan adik iparnya yang bernama Siti Aminah. Selain itu Sultan Ibrahim mempunyai permaisuri yang berasal dari bangsawan tinggi Makassar bernama Karaeng Bonto Ramba, putri dari Karaeng Mandale. Sultan Ibrahim pernah menikah lagi dengan gadis lain, sesudah salah satu istrinya wafat.

    Dari semua istrinya, Sultan Ibrahim dianugerahi 12 orang anak. Salah seorang diantaranya adalah Muhammad Salahuddin, yang kelak akan diberi mandat untuk menjadi...

    Ilustrasi sultan 13
    Baca Selengkapnya
  • 14. Sultan Muhammad Salahuddin Bergelar Ma Kakidi Agama (Sultan Bima XIV, 1915-1951)

    Muhammad Salahuddin adalah tokoh yang memegang peran utama dalam perkembangan sejarah Bima pada awal abad XX. Salahuddin adalah salah seorang putra Sultan Ibrahim (Sultan XIII) dengan permaisurinya Siti Fatimah Binti Lalu Yusuf Ruma Sakuru. Lahir di Bima Pada tanggal 15 Zulhijah 1306 Η (14 Juli 1889), memiliki 11 orang saudara. Tiga saudara seayah seibu masing-masing bernama Abdullah (Ruma Haji), Abdul Qadim (Ruma Siso) dan Nazaruddin (Ruma Uwi), Saudara seayah terdiri dari Siti Hafsah, Abdul Azis, Sirajuddin (Ruma Lo), ibunda ketiganya bernama Siti Aminah. Kemudian Siti Aminah (Ruma Gowa) ibundanya Karaeng Bonto Ramba putri Karaeng Mandalle, Siti Aisyah (ibundannya bernama Baena),...

    Ilustrasi sultan 14
    Baca Selengkapnya
  • 15. Sultan Abdul Kahir II Bergelar Ruma Ma Wa’a Busi Ro Mawo (Sultan Bima XV, 1999-2001)

    Abdul Kahir II atau akrab dikenal dengan Putera Kahir menyandang status sebagai Raja Muda “Jena Teke.” sejak dinobatkan pada Tanggal 13 November 1945, diperkuat oleh Dewan Pertimbangan Kesultanan pada tanggal 23 Maret 1947 dan akhirnya disahkan oleh Sultan Muhammad Salahuddin pada tanggal 27 Maret 1947. Selanjutnya mendapat persetujuan Residen Timur Pulau-Pulau pada tanggal 6 Mei 1949. Proses pelantikan Sultan Abdul Kahir II menjadi Jena Teke dipersulit oleh pemerintah Negara Indonesia Timur, berhubung Abdul Kahir II bersikap non kooperatif.

    Memang tidak banyak diketahui publik, Majelis Adat Dana Mbojo telah menobatkannya sebagai Sultan pada tahun 1999 sebagai Sultan Bima XV dan telah...

    Ilustrasi sultan 15
    Baca Selengkapnya
  • 16. Sultan H. Ferry Zulkarnain, ST (Sultan Bima XVI, 4 Juli – 26 Desember 2013)

    Masa jabatan Ferry Zulkarnain sebagai sultan Bima sama dengan usia jabatan Sultan Abdul Kahir I empat abad silam. Abdul Kahir I dinobatkan menjadi Sultan Bima pertama pada tanggal 5 Juli 1640 dan wafat pada 22 Desember di tahun yang sama. Sultan H. Ferry Zulkarnain pun mengalami hal demikian, di Tuha Ra Lanti pada Kamis, 4 Juli 2013 dan meninggal dunia pada Kamis 26 Desember 2013. Keduanya sama-sama memegang jabatan Sultan dalam rentang waktu yang pendek.

    FERRY ZULKARNAIN, ST Yang biasa dipanggil dengan sapaan akrabnya Dae Ferry lahir di Jakarta pada tanggal 1 Oktober 1964 sebagai putra sulung dari lima bersaudara...

    Ilustrasi sultan 16
    Baca Selengkapnya